Tuesday, 11 December 2012

Biar Getir Mengalir [bersama butir-butir air]



    Kau tahu
    Kadang pelangi tak selalu bersama ketujuh warnanya--setidaknya [di setiap] ketika hujan telah lelah turun-- dan menghilangkan gundah ratusan pasang mata di belakang jendela-jendela. Ya. Kadang ia kehilangan biru di antara mega-mega kelabu yang riang melayang-layang di celah-celah langit sore [pun terkadang ia mencari-cari keberadaan ungu] di antara butir-butir air. Lalu getir, merasa ada yang berbeda [tak seperti biasanya] ia tak tahu.
 
    Kau lihat.
    Bumi yang bulat masih ingin dibasahi, kala seniman-seniman jejak di jalan-jalan setapak bersorak--berharap tetes demi tetes rindu dari langit berhenti membuat riak [di genangan-genangan cinta. terabaikan. begitu saja] mengaharu biru dalam ragu. Andai waktu [bisa dibalik] bagai lembar-lembar dalam buku,  tentu aku [dan kamu] bisa tahu lebih dulu. Lalu getir, biar saja mengalir.


Padang, 2012

*Puisi ini diikutsertakan dalam Giveaway Semua Tentang Puisi

3 comments:

  1. Ini kayak FF loh jadinya. Puitisnya mantep ul. :) Good luck.

    ReplyDelete
  2. hai aul makasih udah ikutan GA nya
    tunggu pengumumannya tanggal 1 Januari 2013 ya ;)

    ReplyDelete

silahkan tinggalkan komentar :)

Pages